Hari menjelang siang...
Semua orang ebrebut jalan untuk menghindari terik mentari yang tak pernah henti membakar kepala hingga ujung kaki. Entah itu pejabat ataupun gembel yang ngemis di pinggiran kehidupan belantara. Tak sadar, aku pun ikiut berebut keteduhan yang ditawarkan sejomlah pepohonan yang tumbuh di tengah derasnya kucuran keringat kemacetan. Aku pun larut dengannya...
Seorang teman memilih jalan yang menyimpang berbeda dengan paham kawanannya. Dia tinggalkan seluruh waktu lama yang telah dilewatinya, dilaluinya, dan dihabiskannya oleh kekasih rekan se-hatinya. Tapi itu semua tidaklah menjadi urusanku. Dan tak akan menjadi urusanku. Selanjutnya juga tak akan ku urusi. Karena memang ORA URUSAN.
Seseorang berjalan denagn wajah tengak tengok penuh curiga. Berlagak tak mengetahui, dan tak diketahui. Gergerak dari dalam tanah, merangkak dan terus mengarah... kemana arahnya, siapapun yang kenal akan dapat menebaknya. Termasuk juga aku, mahasiswa yang baru ujian pada semester ke sembilan. Semua begitu jelas tampak di depan mata. Tak ada samar yang kulihat. Yang kutak tau hanya kebenarannya.
Bak seorang detektif yang selalu berhipotesa berprasangka buruk, kucoba tuk membaca keadaan yang saat ini sedang terjadi, pada kehidupan disampingku. Yeah..kehidupan samping,yang akan tergulig ke depanku, dan menutup jalan hidupku, walaupun mungkin hanya sesaat setelah aku tersadar semua itu mendekati kebenaran. Saat semua telah lelah dengan apa yang telah diperbuatnya, tak satupun yang peduli dengan apa yang telah dibuatnya.
Aku, yang tak banyak berbuat banyak, harus banyak berbuat, untuk menhindari hempasan dan akhiran dari perbuatan banyak orang yang ada dikehidupan sampingku. Ku harus mengayuh roda kestabilan dan kebimbambanghan yang tak henti menghimpitku dalam dalam, dan terus kedalam tanah, yang saat ini terasa enggan menerimaku lagi.
Aku harus lari...
Lari??
Untuk apa berlari bila ada motor??
Maka naik motorlah aku untuk menuju tempat yang ku anggap aman dan nyaman tuk hatiku..
Motor pun bisa habis bensinnya dan berhenti ditengah jalan..
Dan aku pun harus menuntun motor ke tepian jalan, dan membiarkan setiap detik orang yang lewat mendahuluiku, walaupun dengan sapa dan sebagian acuh, karena jalannya bisa kencang semulus tubuh yang habis dilulur....
Met berlulur ria anak muda....