Perkembangan suatu kota dapat dilihat dari mobilitas penduduknya। baik penduduk asli atau suburban yang komuter tiap hari ke kota itu. Suatu hal yang tak lepas dari mobiltas adalah transportasi. Mau tidak mau,suka ndak suka,senang ndak senang,semua orang yang mobile harus menggunakan alat transportasi. ya pa ya? apa ya sampeyan mau berangkat ke kampus,kantor,sekolah,atau tempat kerja lainnya dengan berjalan kaki menyusuri sungai (susur sungai),menyusuri alan (susur jalan), menyusuri rel (susur rel), dan atau menyusuru mbako (susur MBAKO).hmm?? Tentu ndak kan?anda pasti menggunakan sarana transportasi, baik umum, non umum, pribadi, sangat pribadi (seperti kepunyaan anda itu-kendaraan.red). Menggunakan kendaraan pribadi memang lebih menyenangkan daripada tidak. kenapa why?karena setelah kita selesai dengan urusan primer,kita dapat mampir dulu ket4 yang kita sukai. Bisa ke klithikan,alun2 selatan, Jalan magkubumi, ataupun krangan (sepertinya semuanya t4 klithikan ya ki sanak??). tapi ada juga efek buruknya. setelah selesai pulang kantor/kuliah/pasar/sekolah kita sering ndak langsung pulang ke rumah,tapi mampir2 dulu. hayo, ngaku ra?? Berkomuter dengan kendaraan umum, sepertinya di jogja kurang menyenangkan. selain armada bus yang sulit,tidak menjangkau semua pelosok kota, kurangnya kenyamanan (di jakarta sudah berlangsung lama), juga keterbatasan awktu yang kita miliki untuk menunggu kedatangan bus ikota. Belum lagi, menjelang magrib bus2 sudah berduyun menuju rumahnya. bikin kesel to?mau naik taksi?taksi di jogja argonya argo kuda. cuma buka pintu aja kita disuruh bayar 5ribu. Padahal saya buka tutup pintu kos sampe jebol aja ndak bayar. Paling2 tagihan bulan berikutnya naik(u/ ganti pintu). kembali ke TJ's (transJogja.red), tentang keberadaan TJ's di jogja, ndak da salahya kan ki sanak?ayo kita bandingkan (besok jika sudah tersedia) ada dan tidaknya manfaat TJ's itu. Yang jelas merasa dirugikan pertama kali adalah TAXI. kenapa why?ya jelas to,taksi kan angkutan alternatif bagi kalangan menengah keatas bila tiba di jogja kemaleman. Yang kedua adalah tukang ojek (bagi kawasan janti,terminal giwangan dan jombor). Karena tarif ojek yang flat (maks 5 km) 5ribu,sedangkan TJ's hanya 3500, bagi MHS seperti saya jelas pilih yang murah,apapun resikonya। Yang pasti, keberadaan bus patas di jogja ini sangat lah lah lah lah (saking semangatnya) di butuhkan masyarakat, selain juga sebagai kebanggan tersendiri bagi kota kita tercinta. walaupun mungkin pada awalnya menuai banyak protes (dari orang yang merasa dirugikan),tapi lama kelamaan mereka juga akan terbiasa dengan keadaan itu, iya kan nyi sanak?? dahulu kala DKI juga demikian. Banyak pihak yang tidak terima dengan dibangunnya busway. Terutama para PO-PO yang beroperasi pada jalur yang dilalui koridor busway. Tapi nyatanya, bus mereka juga tetap laku, bahkan jumlah penumpangnya pun relatif tetap. Kenapa ki sanak? Ya ndak semua orang gemar "pake" busway. kalo orang itu hanya ingin bepergian +/- 3-7 km, knapa musti pake busway, yang harus naik jembatan, antri, bayar mahal,dll etc dsb dkk. padahal kalo naek bis kota "mung garek" nyetop, nyengklak, trus bayar seperlune, trs turun juga langsung di tempat yang mau kita tuju, ya taK? intinya itu ya to, kita sambutlah TJ's kita, kita sengkuyung, kita pelihara(jangan dirusak propertinya) dan gunakan seperlunya saja,biar tidak cepet rusak ki sanak. selamat dan sukses buat PT jogja Tugu Trans (jangan lupa pak vie nya),hehe.. jogjaku sehat, penduduk bermartabat, busway ku padat, AAAMIIIIINNN..........